DAERAH  

Perumda Tirta Komodo MoU dengan Kampus Unika Ruteng: Membahas Ketersedian Air 

Perumda
Penandatanganan MOU dengan Kampus Unika Ruteng. Jumaat 6 Oktober 2023. Foto: Petanttnews.com|Aristowaku

Petanttnews.com- Perumda Tirta Komodo Ruteng melakukan Penandatangan Kerjasama atau memorandum Of Understanding (MoU) dengan Lembaga Pendidikan Kampus Universitas Katolik Indonesia (Unika) St. Paulus Ruteng, Jumaat 6 Oktober 2023.

MoU ini membahas ketersedian air di Kabupaten Manggarai melalui seminar dengan tema “Sumber Daya Air dan Pelayanan Air Bersih untuk Masyarakat Manggarai.

Hadir dalam kegiatan tersebut, Wakil Bupati Manggarai Heribertus Ngabut, SH, Rektor Unika Santu Paulus Romo Dr. Maksimus Regus, S.Fil., M.Si, para Dosen, dan ratusan mahasiswa Unika Santu Paulus Ruteng.

Marsel Sudirman SH, Direktur Perumda Tirta Komodo Ruteng dalam seminar menegaskan, saat ini Perumda Komodo Ruteng selalu berkomitmen memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

Marsel Sudirman membeberkan jika membahas terkait kekurangan air, tentu juga berpengaruh terhadap jumlah pasokan air saat ini. Namun, tugas Perumda Tirta Komodo memberikan pelayanan terbaik dengan menyalur air bersih kepada masyarakat Manggarai.

Ia menegaskan dalam hal memberikan izin untuk perusahaan-perusahaan air minum kemasan bukan domain Perumda Tirta Komodo Ruteng.

“Kita tidak ada urusan dengan mereka, segala ijinnya harus ke Provinsi dan Perumda Tirta Komodo tidak mengambil bagian di situ. Untuk perusahaan air kemasan mereka bor air tanah, bukan mengambil dari air permukaan dan sumber mata air,” ungkap Merselus di Aula Lantai 5 Unika Santu Paulus Ruteng pada Jumat, (06/1023).

Lebih lanjut Marsel menegaskan, perusahaan air kemasan melakukan pemboran sepanjang puluhan meter ke dalam tanah untuk mendapatkan air.

“Mereka minta ijin ke Pemerintah untuk bor ke dalam tanah. Perumda Tirta Komodo tidak satu sumber dengan mereka (perusahaan air kemasan),” terangnya.

“Saya sendiri pernah melakukan penelitian ke Wae Ces dan tidak akan memberi ijin untuk mengambil air dari Wae Ces dan ini sudah menjadi atensi bersama,” tegasnya.

Sesuai nomenklatur, kata Marsel Perumda Tirta Komodo tidak membeli sumber mata air, tetapi membeli tanah. Dan di dalam tanah tersebut ada sumber mata air. Akan tetapi terkadang Perumda Tirta Komodo menghadapi problem yang menjadi penghalang, ketika membeli tanah yang di dalamnya ada sumber mata air.

Kemudian, yang mengerjakan proyek-proyek pemasangan pipa itu dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui program PANSIMAS. Sementara Perumda Tirta Komodo mengerjakan yang bersumber langsung dari mata air.

“Kami (Perumda Tirta Komodo) mengambil langsung dari mata air dan langsung menyambung dan mengalirkan air ke rumah tangga,” bebernya.

Direktur Perumda Tirta Komodo Ruteng saat ini mefokuskan untuk mengalirkan air bersih ke 2 kecamatan di kabupaten Manggarai.

“Sementara kami kerjakan untuk kecamatan Rahong Utara. Tahun ini akan masuk air bersih ke Rahong Utara dan air itu sumbernya dari kami. Lalu Reok Barat akan segera kami kerjakan juga. Akan tetapi, ada wilayah yang tidak mau masuk air. Masyarakat meminta untuk mengelolanya sendiri. Kemudian pada saat macet air, masyarakat selalu bilang dari kami, ternyata menggunakan pipa sendiri,” ungkapnya.

Ia menyinggung soal keluhan masyarakat terkait macetnya air dan meteran tetap jalan. “Sekarang sudah berbasis aplikasi, sehingga tidak mungkin bisa tipu, karena semua sudah terkoneksi melalui aplikasi. Dan ada pegawai PDAM yang bertugas untuk memfoto dari rumah ke rumah untuk bukti,” lanjutnya.

Selain itu, bila ada pegawai yang tidak merespon dengan keluhan masyarakat, itu sepenuhnya tidak benar.

“SOP di perusahaan yang saya pimpin ini keras. Pegawai yang tidak apel selama 3 kali saja saya kasi surat peringatan. Semua pegawai PDAM sudah terbagi ke dalam zona pelayanan kepada masyarakat. Sejatinya saya juga memohon maaf bila ada pegawai yang kurang responsif,” tambahnya.

Menutup pertemuan itu, Marsel pun mengungkapkan bahwa Perumda Tirta Komodo selain mengurus air juga melakukan reboisasi atau penghijauan di tempat yang menjadi sumber mata air.

“Kami juga menanam pohon di sumber mata air, sudah ada tujuh titik. Kami berkewajiban untuk melakukan penghijauan lagi hutan, jadi kami tidak hanya urus air. Mari kita wariskan mata air bukan air mata,” tutup Marselus Sudirman.***