PetaNTTNews- Bawaslu Bali memperingati hari lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni 2025. Kegiatan upacara bendera digelar di lingkungan Sekretariat Bawaslu Bali, Senin 2 Februari 2025. Momentum ini dimaknai bukan sekadar seremoni kenegaraan, melainkan sebagai peneguhan kembali terhadap nilai-nilai dasar yang menjadi pijakan demokrasi di Indonesia.
Bertindak sebagai pembina upacara, Ketua Bawaslu Provinsi Bali, I Putu Agus Tirta Suguna Ia menegaskan bahwa Pancasila tidak hanya menjadi ideologi negara, tetapi juga menjadi kompas moral dalam menjalankan tugas-tugas pengawasan kepemiluan.
“Sebagai bagian dari lembaga pengawal demokrasi, kita harus memaknai Pancasila sebagai pedoman kerja dan nilai-nilai luhur yang menjadi landasan integritas dalam mengawal pelaksanaan pemilu/pemilihan,” ujar Suguna.
Dirinya menambahkan, lima sila dalam Pancasila yang terdiri atas Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, serta Keadilan Sosial merupakan fondasi utama bagi terciptanya pemilu yang jujur, adil, dan berintegritas.

“Nilai-nilai tersebut harus kita hayati dan tanamkan dalam setiap langkah pengawasan yang kita lakukan,” paparnya.
Ia kemudian menekankan, pancasila mengajarkan kita bahwa keberagaman adalah kekuatan. Dalam konteks pengawasan pemilu, ini berarti menghormati hak politik seluruh warga negara tanpa diskriminasi. Bawaslu hadir untuk menjaga agar setiap suara rakyat dilindungi, hak pilih terjamin, dan proses pemilu berjalan berdasarkan prinsip keadilan.
“Pancasila mengajarkan bahwa keberagaman adalah kekuatan. Dalam konteks pengawasan pemilu, hal ini berarti menghormati hak politik seluruh warga negara tanpa diskriminasi. Karena itu, Bawaslu harus hadir sebagai garda terdepan dalam memastikan setiap suara rakyat benar-benar terlindungi,” lanjutnya Suguna.
Dalam kesempatan tersebut, Suguna juga menyinggung tantangan besar yang dihadapi dalam era digital. Menurutnya, ruang maya kini telah menjadi medan baru dalam pengawasan pemilu, yang sama krusialnya dengan ruang fisik.
“Disinformasi, ujaran kebencian, dan hoaks menjadi ancaman serius terhadap kualitas demokrasi. Oleh karenanya, peningkatan literasi digital dan pemanfaatan teknologi informasi secara bijak menjadi hal yang tidak bisa ditawar,” tegasnya.
Sebagai penutup, Suguna berpesan kepada seluruh peserta upacara untuk terus menjaga netralitas, menjunjung tinggi etika, serta memperkuat profesionalisme dalam setiap pelaksanaan tugas pengawasan.
“Mari kita terus bersinergi, jaga netralitas, junjung tinggi etika, dan tingkatkan profesionalisme demi pemilu yang berintegritas dan demokrasi yang bermartabat, khususnya di Pulau Dewata yang kita cintai,” pungkasnya.