DAERAH  

Tak Ditangani Dokter, Pasien Kritis Sempat Minta Oksigen, Hingga Koma

Pasien
Puskesmas Nanu, Rahong Utara, Manggarai, NTT.

Petanttnews.com- Pasien bersalin bernama Kristina Nastrin (25) asal Desa Bangka Ruang, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), meninggal dunia pasca persalinan akibat pendarahan hebat. Pasalnya, sebelum menghembus nafas terakhir, pasien sempat minta tolong oksigen, namum tak tertolong.

Peristiwa naas itu terjadi di Puskesmas Nanu, Rahong Utara, Manggarai, Selasa (24/01/23) sekitar jam 04.00 pagi.

“Sekitar pukul 15.00 WITA, saya bersama keluarga mengantar istri saya ke Postu Bangka Ruang. Saat itu, istri saya dalam fase pembukaan ke-7. Namun, pada fase pembukaan ke-8, istri saya merasa kesakitan dan kemudian meminta bidan untuk di bawah ke RSUD Ruteng”, ungkap suami Korban saat ditemui media ini, di Ruteng Senin malam, (30/01/23) sekitar pukul 21.30 wita.

Saat itu, bidan mengkonfirmasi ke Puskesmas Nanu via telpon seluler. Usai menelpon, salah satu bidan bernama Tika yang menangani korban di Postu meminta suami korban untuk buat surat pernyataan jika hendak bersalin ke Rumah Sakit atau Puskesmas. Suami korban menolak buatkan surat pernyataan tersebut dengan alasan tidak tau apa maksud dari surat pernyataan tersebut karena bidannya tidak menjelaskan ke suami korban surat pernyataan yang dimaksud.

“Pada pukul 22.00 WITA, istri saya pecah air ketuban dan satu jam kemudian istri saya melahirkan namun bayinya tidak bersuara. Karena bayinya tidak bersuara, satu bidan bersama saya membawa bayinya ke Puskesmas Nanu untuk penanganan selanjutnya karena fasilitas di Postu sangat terbatas”, ungkapnya.

Setibanya di Puskesmas Nanu sekitar pukul 02.00 wita dini hari. Namun, bidan yang piket malam saat itu tidak berada di tempat. Sekitar 15 menit kemudian, tiga orang bidannya baru muncul dan langsung menangani bayi.

“Saat bersamaan, ada telpon dari Postu untuk segera jemput istri saya karena infusnya tidak berjalan. Seketika itu, saya dan bayi kami pulang ke Postu. Setibanya di Postu, satu bidan menyuruh saya ambilkan air hangat untuk membersihkan badan istri saya. Pada saat membersihkan, saat itu juga istri saya mengalami perdarahan hebat. Karena takut, bidan bersama keluarga saya langsung membawanya ke Puskesmas Nanu sekitar pukul 03.30 dini hari”, tutur Servan sapaan akrabnya.

Setibanya di Puskesmas, Istri saya dibaringkan di tempat tidur, dan sempat meminta oksigen ke bidan. Namun, para bidan malah sibuk mencari urat nadi untuk masukan jarum infus ke tangan istri saya.

“20 menit lamanya di Puskesmas, istri saya lagi-lagi meminta oksigen ke para bidan yang menanganinya, namun ada satu perawat laki-laki sempat mencari oksigen namun tidak ditemukan sama sekali hingga istri saya meninggal. Mirisnya, istri saya sudah meninggal, oksigen baru ditemukan oleh petugas”, keluh Servan.

Terpisah, Kepala Puskesmas Nanu Ignasius Hurin saat di wawancarai awak media ini, Senin 30 Januari 2023 di ruang kerjanya menjelaskan bahwa pada saat itu, tiga bidan yang bertugas dan satu perawat dibawah bidan kordinator yang menangani pasien bersalin saat itu.

“Kebetulan tiga orang teman yang berdinas malam itu sudah disesuaikan dengan tenaga mereka dan sudah dibagikan sesuai jadwal”, ungkap Ignasius.

Dirinya juga menjelaskan bahwa yang bertanggungjawab dalam hal persalinan itu menjadi tanggungjawab bidan desa selaku yang memiliki sasaran. Namun, kalau pasien rujukan ke puskesmas itu menjadi tanggungjawab teman-teman di Puskesmas di bawah kordinasi dokter.

“Untuk kejadian malamnya, saya tidak tau sama sekali. Paginya, baru saya mendapatkan laporan”, tuturnya.

Terkait persoalan yang sudah diberitakan ini, kamu sudah berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan penangan pasien. Namun, karena perdarahan tiga jam setelah partus, ini diluar dugaan kami.

Sementara, Apolonia Nina selaku bidan kordinator menjelaskan bahwa pasien bernama Kristina Nastrin masuk ke Postu tanggal 23 Januari 2023 pukul 6 pagi belum ada pembukaan. Jadi, observasinya di Postu Bangka Ruang.Pasien, lahir pada pukul 12.52 malam. Pasien lahir dengan normal, bayi selamat, berat badannya 3.9 kg panjang badannya 49 cm, jenis kelamin laki-laki.

“Pantau 2 jam pospartus, ibu aman-aman saja. Pukul 03.33 subuh terjadi perdarahan hebat di postu bangka ruang dan bidannya langsung antar ke puskesmas”, ungkap Epin sapaan akrabnya.

Dia melanjutkan, “Mereka tiba di Puskesmas pukul 03.50 dan langsung diterima petugas dan melakukan tindakan dengan pasang infus, oksigen dan keteter. Disaat teman-teman melakukan tindakan, pasien kehabisan nafas dalam waktu 5 menit karena terlalu banyak pengeluaran darah”, sambungnya.

Selain Epin, salah satu bidan TPPK yang bernama viviana Nani yang menangani pasiennya langsung saat itu menjelaskan bahwa pasien dirujuk dari postu bangka ruang ke puskesmas nanu dalam posisi perdarahan hebat dan posisi kesadaran pasien juga sangat menurun.

“Diruangan, pasien langsung kami pasang cairan infus, cek perdarahannya dan kami cek kontraksinya masih baik. Tapi, setelah 5 menit kemudian pasien meninggal”, Ungkap Vis sapaan akrabnya.

Proses Persalinan Tak Didampingi Dokter 

Dalam proses persalinan pasien didampingi oleh tiga bidan dan dua perawat. Informasi yang diperoleh dua bidan itu diantara berstatus bidan TPPK dan satunya berstatus Sukarela. Dan mirisnya, tiga orang bidan TPPK yang menangani pasien perdarahan ini tanpa didampingi dokter.

“Memang sebelumnya, kalau ada pasien kritis, kami selalu konsultasi ke dokter dan dokter juga yang melakukan penanganan”, tutur Bertin.

Sementara itu juga, Kartika Mayangsari selaku bidan desa yang menangani persalinan Kristina di Postu Bangka Ruang menjelaskan bahwa pasien masuk ke Postu Bangka Ruang pada hari senin tanggal 23 Januari 2023 pukul 06 pagi dengan keluhan sakit pinggang dan perut mules karena mau melahirkan.

“Sekitar pukul 3 sore, saya sempat KIE pasien untuk rujuk ke Puskesmas, namun keluarga tidak bersedia. Kalau pasiennya sempat meminta saya untuk rujuk Rumah sakit”, ungkap Tika.

Sekitar 3 jam pospartus, pasien mengalami perdarahan dan kami langsung rujuk ke Puskesmas nanu. Setibanya di Puskesmas, kondisi pasien sangat menurun sehingga kami langsung memasang infus dua jalus,oksigen dan keteter.

“Kami sempat juga melakukan KIE pasien untuk di rujuk ke RSUD Ruteng. Namun, 5 menit kemudian pasien meninggal”, pungkasnya.***