Petanttnews.com- Pekerjaan rehabilitasi jalan pada ruas Ruis-Copu di Kabupaten Manggarai kembali menuai sorotan tajam. Proyek dengan jenis pekerjaan lapen (lapisan penetrasi makadam) yang dikerjakan oleh CV Angkasa Utama dan diawasi oleh CV Mandira Design Konsultasi itu, kini dinilai jauh dari standar teknis.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, proyek dengan pagu anggaran sebesar Rp593.622.800 yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) Tahun 2025 ini memiliki kalender kerja selama 120 hari. Namun, sejak awal pengerjaannya, masyarakat sudah menyoroti kualitas pekerjaan yang dinilai asal-asalan dan minim pengawasan dari pihak teknis.
Di lapangan, penyiraman aspal tampak tidak merata dan ketebalan lapisan tidak mencapai standar teknis, yakni 5 sentimeter. Akibatnya, sebagian permukaan jalan terlihat bergelombang dan mulai menunjukkan tanda-tanda pengelupasan, padahal pekerjaan belum sepenuhnya selesai.
Selain itu, pembakaran aspal yang terlalu panas menyebabkan lapisan aspal yang disiram tidak menempel sempurna pada batu dasar. Peristiwa ini bahkan sempat terekam oleh warga setempat yang menunjukkan bagian jalan terkelupas hanya beberapa hari setelah disiram.

“Jenis batu yang digunakan tidak memenuhi standar juknis. Selain itu, penggilasan batu tidak dilakukan secara merata,” ungkap salah satu warga kepada media ini, Sabtu (8/11/2025).
Menurut warga lain, sejumlah aspek teknis penting dalam pekerjaan lapen diabaikan begitu saja. Mereka menilai lemahnya pengawasan membuat kontraktor bekerja tanpa kendali mutu yang jelas.
“Ikatan antar lapisan tidak kuat. Lapisan bawah dan lapisan permukaan aspalnya tidak menyatu, jadi gampang terkelupas. Ketebalan lapisannya juga terlalu tipis dan pemadatannya tidak sempurna,” tambah seorang warga yang ikut menyaksikan proses pengerjaan di lokasi.
Temuan tersebut menguatkan dugaan bahwa proyek ini dikerjakan tanpa memperhatikan standar juknis pekerjaan lapen, seperti proses pemadatan, pencampuran bahan, dan proporsi agregat terhadap aspal. Padahal, kesalahan dalam tahapan-tahapan ini dapat mengurangi kekuatan struktur jalan dan memperpendek masa pakainya.
Lebih ironis lagi, rekaman warga yang beredar di media sosial memperlihatkan bagian jalan yang sudah mulai terkelupas dan hancur di beberapa titik, padahal proyek masih dalam masa pengerjaan. Kondisi itu semakin memperkuat dugaan bahwa pengerjaan dilakukan secara tergesa-gesa tanpa kontrol kualitas yang memadai.
Pihak PPK Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Manggarai, Chitra Ayu Purwarini, ST, sebelumnya telah mengakui adanya sekitar 7 hingga 10 meter jalan yang bermasalah akibat aspal terbakar terlalu panas dan upaya pemadaman yang tidak sesuai prosedur. Ia berjanji perbaikan akan dilakukan setelah seluruh pekerjaan selesai.
“Kami sudah menerima laporan dari konsultan pengawas dan direksi. Kejadian itu karena aspal terlalu panas hingga menyala, jadi untuk mematikan api pekerja menyiramkan air rinso ke dalam drum, sebenarnya itu tidak boleh. Perbaikan akan dilakukan setelah seluruh pekerjaan selesai, karena alat saat ini sudah berada jauh di belakang,” jelasnya kepada wartawan.
Namun, penjelasan itu belum mampu menenangkan publik. Sebab, masalah utama yang muncul bukan sekadar kesalahan teknis sesaat, melainkan dugaan lemahnya pengawasan berlapis, baik dari konsultan pengawas maupun PPK selaku penanggung jawab kegiatan.
Masyarakat pun mulai mempertanyakan sejauh mana fungsi pengawasan dijalankan. Dalam proyek bernilai ratusan juta rupiah ini, kesalahan teknis semacam pembakaran aspal yang terlalu panas, penyiraman rinso dalam drum, hingga penggunaan batu putih yang tidak sesuai spesifikasi, seharusnya tidak terjadi bila pengawasan dilakukan dengan benar.
Minimnya ketegasan dari pihak teknis dan lemahnya kontrol mutu di lapangan seakan menjadi potret klasik pelaksanaan proyek infrastruktur di daerah: dana besar, papan proyek terpampang, namun hasil tak sepadan dengan nilai kontrak.
Kini, publik menunggu langkah tegas dari Dinas PUPR Kabupaten Manggarai untuk memeriksa kembali mutu pekerjaan, mengevaluasi peran kontraktor dan konsultan pengawas, serta memastikan setiap ruas jalan dibangun sesuai spesifikasi teknis, bukan sekadar formalitas proyek tahunan yang cepat rusak begitu dilewati hujan pertama.
Hingga berita ini dipublis, kontraktor pelaksana belum berhasil dihubungi ***





















