Petanttnews.com- Kabupaten Manggarai kembali diguncang kelangkaan BBM jenis Pertalite dan Solar sejak Selasa (25/11) hingga Rabu (26/11). Krisis dua hari ini memicu antrean kendaraan sepanjang hampir dua kilometer di tiga SPBU utama: Mena, Carep, dan Mbaumuku. Dampaknya merambat ke berbagai sektor: ekonomi tersendat, kegiatan belajar terganggu, hingga pelayanan pemerintahan melambat karena mobilitas pegawai terhambat.
Situasi pasar terlihat lengang. Banyak orang tua akhirnya membatalkan keberangkatan anak-anak ke sekolah karena tidak mendapatkan BBM. Pelaku usaha dan transportasi umum pun terpaksa menghentikan aktivitas.
“Saya kecewa om, sudah dua hari penuh ini kita setengah mati dapat Pertalite,” keluh Ferdi Batun, warga Langke Rembong yang mengantre berjam-jam, Rabu (26/11/2025).
Hal serupa dialami Titus, sopir bemo jurusan Rahong. Ia mengaku dua hari tidak bisa beroperasi. “Sangat susah om. Terpaksa dua hari tidak jalan karena tidak ada Pertalite,” ujarnya.
Di tengah kelangkaan, fenomena yang justru mencolok adalah maraknya penjualan BBM eceran. Pertalite dijual hingga Rp35 ribu per botol, sementara Pertamax mencapai Rp25 ribu per setengah botol air mineral. Kondisi ini memperkuat dugaan adanya permainan pasokan di tingkat SPBU.
Seorang sumber terpercaya yang meminta identitasnya dirahasiakan mengungkap kepada Petanttnews.com, Rabu 26 November 2025, adanya praktik kolusi antara oknum SPBU dan pembeli tertentu. Menurutnya, setiap hari puluhan jeriken diisi melalui kerja sama terselubung dengan imbalan potongan.
“Kalau satu jeriken Pertalite, kita potong dalam om untuk pihak SPBU,” ujarnya. Untuk solar, potongan per jeriken disebut mencapai Rp10 ribu.
Ia menjelaskan dua modus utama penimbunan: mengisi jeriken secara langsung, atau mengantre memakai mobil berkali-kali untuk menyamarkan volume pengambilan. Pertalite hasil “permainan” ini kemudian dilempar ke pengeceran, sementara Solar bersubsidi diarahkan ke proyek karena jauh lebih murah dibandingkan solar industri bahkan ke luar kota.
“Praktik seperti ini sudah berlangsung lama. Biasanya akhir tahun pasti terjadi kelangkaan,” tambahnya.
Agus, warga Langke Rembong, mendesak penegak hukum segera bertindak. “Kelangkaan tapi eceran makin banyak. Artinya jelas ada kebocoran dari SPBU. Polisi dan Satpol PP harus turun periksa,” tegasnya.
Pantauan media ini juga, di Pertamina Mbaumuku pihak SPBU mengizinkan untuk mengisi BBM jenis Pertamax menggunakan Cerigen. Sementara untuk Pertalite dan BBM jenis Solar untuk sementara idak diizinkan.
Sementara itu, di SPBU Mbaumuku menunjukkan Satpol PP dan kepolisian mulai melakukan pengawasan ketat terhadap aktivitas pengisian BBM. Langkah ini untuk mencegah potensi kecurangan dan memastikan distribusi sesuai aturan.
Hingga berita ini diterbitkan, Pertamina dan Pemerintah Kabupaten Manggarai belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait penyebab pasti kelangkaan maupun langkah penanganan selanjutnya. ***





















