Petanttnews.com- PMI Kabupaten Manggarai melalui Program Pengurangan Resiko Terpadu Kawasan Daerah Aliran (PERTAMA DAS), menanam 30 ribu anakan pohon di sepanjang aliran sungai Wae Pesi, pesisir pantai Tempode, dan Nanga Banda, di Kecamatan Reok, Manggarai, Nusa Tenggara Timur, (NTT).
Kegiatan tersebut bersamaan guna memperingati hari hutan sedunia, yang jatuh pada tanggal 21 Maret 2023. Bertemakan “Healthy Forests for Healthy People (Hutan Sehat untuk Orang Sehat).
Melansir data yang dirilis Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) hutan berkontribusi besar bagi kesehatan, seperti memurnikan air, membersihkan udara, menangkap karbon untuk melawan perubahan iklim, menyediakan makanan dan obat penyelamat hidup, hingga meningkatkan kesejahteraan.
“Kita harapkan kegiatan ini turut berkontribusi bagi terwujudnya lingkungan yang sehat. Sehat dari ancaman erosi banjir, sehat bagi berbagai organisme di dalam Sungai Wae Pesi, sehat bagi kita semua yang menggunakan jasa ekosistem air”, kata ketua PMI Manggarai, Hironnymis A. Kaunang, dalam pembukaan kegiatan itu, selasa (22/03/23).
Penanaman anakan pohon tersebut, bertujuan memberikan dukungan dan kepedulian terhadap penguatan ekosistem di tepian Sungai Wae Pesi. Selain itu, kegiatan PMI Manggarai yang di dukung oleh Palang Merah Amerika itu, sudah hampir tiga tahun melakukan pendampingan dan penguatan masyarakat di 2 desa dan 3 Kelurahan, di Kecamatan Reok.
“Ada 4 fokus intervensi program, salah satunya adalah mitigasi hijau atau juga dikenal juga nature based solutins (NbS). Kurang lebih 6 bulan sejak Oktober 2022 lalu, Komite PRB desa dan kelurahan sudah mulai dengan pembibitan berbagai jenis bibit local di rumah bibit seperti yang bisa kita lihat di Desa Bajak, Desa Salama, Kelurahan Mata Air, Kelurahan Baru dan Kelurahan Reo”, ungkap Ronny Kaunang.
Ia menjelaskan, ribuan bibit yang ditanam adalah bibit local yang dikeromendasikan tim teknis PKSPL IPB University yang datang langsung ke tiap desa dan kelurahan.
Adapun jenis tanaman yang direkomendasikan adalah jenis tanam rumput vetiver atau akar wangi sementara jenis lain adalah tanaman pepohonan.
Namun pada kenyataan, jenis rumput Vetiver hampir susah didapat seputar kecamatan Reok, Karena itu rekomendasi beberapa rumput local seperti gelaga dan senga ikut ditanam karena memang berada ditepian sungai, meskipun akarnya tidak sepanjang vetiver.
“Berbagai jenis tanaman lain juga di tanam berdasarkan fungsinya seperti di pesisir di tanam bakau, Di Dusun Tempode Desa Salama sebanyak 200 anakan cemara laut juga ditanam”, ungkap Ronny.
“Data jumlah yang ditanam di 5 desa/kelurahan yakni 37.766 anakan dan yang sudah layak tanam secara keseluruhan ada sekitar 30.555 anakan” lanjutnya.
Sementara itu, koordinator program PERTAMA DAS PMII Kabupaten Manggarai Tommy Hikmat mengatakan, jenis tanama bakau nantinya akan ditanam di Nanga Banda.
“Untuk bakau yang nantinya akan ditanam di sekitar Nanga Banda belum bisa dilakukan penanaman karena masih membutuhkan beberapa minggu untuk layak tanam”, beber Tomi.
Sebagaimana diketahui Mitigasi hijau atau solusi berbasis alam adalah solusi yang mengacu pada pengelolaan dan penggunaan alam yang berkelanjutan untuk mengatasi tantangan sosial lingkungan.
Tantangan tersebut meliputi masalah-masalah seperti perubahan iklim, keamanan air, polusi air, ketahanan pangan, kesehatan manusia, urbanisasi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan manajemen risiko bencana.
Solusi berbasis alam menjadi pendekatan alternatif selain mengandalkan teknologi (hard enginering) untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan lingkungan.
“Target program terkait mitigasi hijau adalah bukan pada berapa banyak jenis tanaman yang ditanam, tetapi pada pada berapa banyak tanaman yang tumbuh”, lanjut Tommy.
Penjabat sementara (Pjs) Kepala Desa Bajak Fransiskus Loso menyampaikan terima kasih kepada PMI Cabang Manggarai yang sudah memilih Desa Bajak untuk menanam pohon di Daerah Aliran Sungai (DAS).
“Melalui aksi penghijuan penanaman pohon ini sebagai langkah ikhtiar PMI dalam ikut melestarikan alam sebagai upaya mitigasi bencana dampak perubahan iklim yang sangat menghawatirkan saat ini kondisinya,” kata Fransiskus.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Yoakim Jehati yang hadir dalam kegiatan itu mengatakan, kegiatan ini sangatlah mulia di tengah kondisi yang mengancam kehidupan warga sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Wae Pesi.
Hal itu terjadi akibat cuaca yang tak menentu dan kondisi alam yang akrab dengan bencana banjir dan bencana lainnya. Dampaknya tentu saha pada kenyamanan kehidupan warga menjadi terganggu dan keselamatan terancam.
“Karena itu kegiatan ini menjadi sangat penting. Demi kenyamanan warga setempat,” ucap Yoakim.
Terpantau di lapangan kegiatan itu, dihadiri PLT Camat Reok, Ketua Forum PRB Kabupaten Manggarai, Forum Peduli Sungai Wae Pesi, Pemerintah Desa Bajak, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Babinsa/Babinkantibmas, Tim SIBAT dan sejumlah tokoh masyarakat.***