Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Cuci Tangan, Gagal Panen Kedelai di Satarmese

Damianus Jemparu, Kabid Penyediaan Pengembangan Sarana Produksi Pertanian pada Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai di Ruangan kerjanya, Kamis (14/09/23).

Petanttnews.com- Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), tidak mengetahui adanya persoalan gagal panen tanaman kedelai di wilayah kecamatan Satarmese.

“Sejauh ini belum ada laporan dari bawah terkait dengan gagal panen tanaman kedelai di wilayah Satar Mese”, kata Damianus Jemparu, Kabid Penyediaan Pengembangan Sarana Produksi Pertanian pada Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai di Ruangan kerjanya, Kamis (14/09/23).

Damianus Kepala bidang yang membidangi urusan program penanaman kedelai di Satarmese mengaku tak pernah melalukan monitoring dan Evaluasi, sebab menurutnya sepenuhnya dipercayakan kepada Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).

“Saya hanya turun pada saat penanaman simbolis. Saya memberikan kepercayaan sepenuhnya pegawai penyuluh kita lapangan”, ujar Damianus.

Ia menjelaskan, program Penanaman Kedelai di Satarmese merupakan kewenangan Pusat. Karena itu menurutnya sama sekali tidak adanya urusan Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai.

“Sumber dananya APBN. Pagu anggarannya tidak tau. Semua kegiatan itu urusan Kementrian. Dinas Tidak Tau. Silakan tanyakan ke Kementrian”, tegas Kabid Damianus.

Ditanya soal pengadaan bibit, Kabid Damianus sama sekali tidak tau. Sebab lagi-lagi menurutnya urusan pemerintah pusat.

“Pengadaan bibit kita tidak tau. Urusan Pemerintah pusat. Kita hanya Teknis saja”, tegas Damianus.

Kendati demikian, Damianus membocorkan kalau Pengadaan bibit itu berasal dari Reo Barat. “Bibitnya itu dari Reo Barat. Itu kan sumber penangkaran kita di bawah”, tegas kabid Damianus.

Dirinya meminta terkait persoalan program tanaman kedelai di Wilayah Satarmese untuk bertemu dan mewawancara langsung PLT Kepala dinas Pertanian.

“Saya tidak mungkin memberikan keterangan pers kepada media. Yang pantas adalah Pak Kadis sendiri,” tutup Kabid Damianus.

Gagal Panen Kedelai di Satarmese Mencekik Petani

Program penanaman Tanaman kedelai awalnya dikonsepkan dalam rangka memutus mata rantai penyebaran hama pada tanaman padi milik para petani di wilayah kecamatan Satarmese.

Sebab, tahun 2022 para petani sawah mengalami kerugian gagal panen. Sebagai langkah solusinya Pemerintah Kabupaten Manggarai tahun 2023, melakukan rotasi penanaman jenis tanaman lain, yaitu jenis tanaman kedelai.

Namun mirisnya program tanaman kedelai di Satarmese, Manggarai, NTT, justru menambah penderitaan petani.

Hal itu diutarakan oleh Sulfandi Jemadu, warga dusun Tal RT 002 desa Tal, Kecamatan Satarmese. Ia mengaku bahwa kedelai yang ditanam dalam jumlah yang banyak di tempatnya tidak tumbuh maksimal seperti yang diharapkan.

“Di lahan saya itu sebagian besar benih bibitnya tidak tumbuh. Banyak yang membusuk di tanah. Mungkin karena kualitas benihnya tidak bagus. Kami hancur karena program kedelai ini. Kami rugi karena mengeluarkan uang banyak untuk membiayai ongkos kerja pada saat tanam. Sementara hasilnya tidak mampu mengembalikan modal kerja yang sudah dikeluarkan,” ujar Sulfandi saat berjumpa dengan dengan media ini Selasa, (12/09/2023) siang.

 

Sulfandi Jemadu, warga dusun Tal RT 002 desa Tal, Kecamatan Satarmese, Manggarai. Dilokasi Penanaman jenis Tanaman Kedelai. Selasa (12/09/23).

Selain Sulfandi, Damasus Pahat, anggota kelompok tani (Poktan) Tekad Makmur pada Selasa, (08/08/2023) lalu mengurai sejumlah fakta miris yang dialami para petani pada program penanaman kedelai.

Sejumlah fakta miris tersebut antara lain seperti minimnya keterlibatan pihak Pemda Manggarai melalui dinas pertanian dalam melakukan pendampingan dari mulai cara tanam hingga perawatan pasca tanam.

Selain pola pendampingan yang lemah, pupuk yang khusus diperuntukkan untuk tanaman jenis kedelai ini juga mengalami keterlambatan distribusi. Pupuk datang saat usia tanaman sudah menginjak satu bulan lebih. Bahkan, ada beberapa tanaman yang sudah mati sebelum pupuk datang.

“Tidak ada pendampingan tentang bagaimana cara tanam, hanya mengantarkan benih kedelai. Pupuk juga mengalami keterlambatan distribusi. Kami sempat sampaikan waktu itu agar pupuknya segera datang. Tapi mereka bilang bahwa besok bagi itu pupuk. Tapi ternyata pupuk juga lambat datang sampai usia tanaman lebih dari satu bulan,” tutur Damasus.

Melihat kondisi gagal panen seperti sekarang, Damianus mengaku kesal dengan absennya kehadiran Pemda Manggarai melalui Dinas Pertanian dalam hal pendampingan.

“Saya menyesal karena ini sudah masuk kategori produk gagal. Kenapa gagal karena tidak ada kontrol dari pemerintah. Kalau pun ada PPL tapi mereka tidak hadir untuk kontrol. Mereka waktu itu sempat membuka kembali air tapi ternyata tidak tumbuh juga. Bibit kedelai yang di dalam tanah malah hancur,” tutup Damianus dengan nada kesal.

Sebelumnya, program penanaman kedelai mengintervensi di lima desa, Yaitu dari desa Tal, Wewo, Paka, Iteng dan desa persiapan Ulungali dipilih. Kelima desa ini merupakan desa yang menjadi sasaran aliran Irigasi Kali Wae Mantar II.

Kelima desa yang menjadi sasaran penerapan program penanaman Kedelai ini tergabung dalam 49 kelompok tani dengan alokasi bantuan benih kedelai sebesar 50 ton dan 1500 liter herbisida.***